pengorbanan
Untuk_mo3
Mieta adalah salah satu siswi SMU BINTANG. Ia adalah seorang siswi manis kelas 2 yang belum mengerti betul arti cinta yang ia rasakan selama ini kepada lelaki.
Kini ia mencintai seorang adik kelasnya yang bernama Bagas. Mieta belum lama mengenal Bagas, dan ia pun mengenal Bagas tanpa sengaja. Sebelumnya Mieta menyukai Putra, sahabat Bagas. Tapi entah mengapa perlahan-lahan rasa itu pupus dan bepaling pada Bagas. Dan Bagas pun tak pernah mengetahui itu semua.
Bagas adalah seorang cowok yang sangat cuek dan tak pernah mengenal tuhan.
Bel sekolah SMU berbunyi. Diantara segerombolan cewek-cewek yang sedang mencoba menutupi wajahnya dari sorotan matahari yang menyengat kulit, terlihat Mieta yang sedang berjalan menuju bangku taman sekolah. Dia menghampiri seorang cowok yang duduk termenung di bangku taman itu.
“Hai Gas…”Sapa Mieta seraya duduk di sebelah Bagas.
Bagas hanya menanggapi sapaan Mieta dengan senyuman.
“Kok disini sendirian???Nggak pulang???”Mieta mencoba membuka pembicaraan
“Males Mit pulang…kamu sendiri kenapa disini??”jawab Bagas cuek.
“Kamu kenapa sich??ada masalah??”
“Kalau kamu mau, aku siap kokjadi pendengar buat kamu.”Ucap Mieta penuh perhatian. Dan akhirnya kini Mieta mengetahui jika Bagas adalah anak broken home. Kedua orang tuanya bercerai saat ia duduk di kelas 2 SMP. Dan sejak saat itu kehidupannya sangat berubah, ia beranggapan jika kini tak ada seorang pun yang mempedulikannya dan sayang padanya lagi. Kini ia mengikuti kakaknya menjadi seorang anak berandal dan liar. Tetapi semua itu tak menyurutkan rasa sayang Mieta padanya. Dalam hati Mieta, dia sangat berharap untuk dapat merubah Bagas. Mieta ingin merubah menjadi orang yang lebih baik. Mieta pun mengetahui dari temannya bahwa Bagas adalah seorang pemakai. Namun Mieta sama sekali tak bisa memaksa Bagas untuk menghentikan semua kebiasaannya itu, karena Mieta tahu Bagas melakukan itu semua hanya karena ia ingin melampiaskan kesunyian dan kurangnya kasih sayang yang ia rasakan selama ini. Mieta sangat mengetahui itu semua, ia sangat mengerti bagaimana perasaan Bagas.
Bagas tak pernah mengetahui arti perhatian yang diberikan oleh Mieta padanya selama ini. Ia tak pernah mengetahui perasaan Mieta padanya.
Dan pada suatu hari Mieta memberanikan diri untuk menyatakan semua perasaannya kepada Bagas. Tetapi Mieta sama sekali tak pernah berharap jika Bagas akan membalas perasaannya itu, dan sedikit pun ia tak mengharap jika Bagas akan menjadi miliknya. Mieta hanya ingin Bagas tahu jika dia mencintainya agar Bagas tahu jika sekarang dia tak sendiri lagi, bahwa masih ada dia yang sayang kepada Bagas. Setelah kejadian itu, Mieta sedikit menghindar dari Bagas, Mieta hanya takut jika Bagas tak mau mengenal Mieta lagi setelah Bagas tahu jika Mieta mencintainya.
Suatu hari Mieta melihat Bagas sedang berduaan di taman bersama Zhi-Zhi kakak kelas Mieta. Mereka sangat mesra. Entah mengapa saat melihat semua itu hati Mieta sangat sakit, Mieta berlari sembari menahan air matanya yang hampir meluap dipipinya. Ia sadar jika ia tak berhak marah dan cemburu pada Bagas, tetapi ia pun tak sanggup melihat itu semua, hatinya terlalu sakit. Mieta tak sanggup mengendalikan perasaannya.
Bagas mengetahui jika Mieta melihatnya bersama Zhi-Zhi, Bagas segera berlari meninggalkan Zhi-Zhi untuk mengejar Mieta.
“Mit…tunggu!!!”Bagas menggapai jemari manis Mieta.
“Mit, maafin aku!!aku nggak bermaksud untuk nyakitin hati kamu.”Tangan Bagas semakin erat memegang jemari Mieta.
“Apaan sih Gas??GeeR banget sih. Aku nggak kenapa-kenapa kok.”Mieta berusaha keras untuk kuat didepan Bagas, sekuat hati Mieta menahan air matanya agar tak jatuh membanjiri pipinya. Mieta melepaskan genggaman tangan Bagas seraya menghapus air matanya yang masih tersisa pada pipi manisnya.
“Ngapain sih Gas kamu minta maaf sama aku???”
“Aku itu bukan siapa-siapa kamu, jadi aku nggak berhak marah sama kamu.Meskipun kamu jalan atau mesra-mesraan sama siapapun.”Mieta berusaha tertawa didepan Bagas, walaupun sesungguhnya Bagas mengetahui jika dalam hati Mieta ia menangis.
Setelah kejadian itu Bagas tak pernah berhenti untuk meminta maaf pada Mieta.
“Mit, maafin aku ya!!kamu jangan marah lagi sama aku.”
“Aku, sama Zhi-Zhi Cuma temenan aja kok.”ucap bagas sembari menatap mata Mieta. Perlahan Bagas membelai rambut Mieta. Mereka berdua layaknya seorang kekasih sejati. Tetapi itu semua hanya harapan Mieta, karena Bagas hanya menganggap Mieta sebagai sahabat dan Bagas memang seorang cowok yang selalu bisa memberi perhatian yang lebih pada cewek dan selalu mengerti cewek. Tapi sejak kejadian itu Bagas seperti berubah. Perlahan ia menjauhi Mieta tanpa Mieta tahu apa salahnya pada Bagas.
Mieta menghampiri Bagas yang berada di depan kelasnya bersama Putra dan teman-temannya yang lain.
“Gas, bisa bicara sebentar nggak???”Mieta menarik tangan Bagas seraya memberi isyarat pada Bagas jika dia hanya ingin berbicara berdua dengannya, dan Bagas pun mengikuti Mieta untuk pergi ke taman sekolah.
Sesampainya di taman sekolah, Mieta memulai pembicaraannya.
“Gas, kamu menghindar dari aku???aku punya salah sama kamu???”Mieta memandang wajah Bagas, dan Bagas melemparkan sebuah senyuman yang sangat manis kepada mieta.
“Gas, jujur kemarin-kemarin aku berusaha untuk menghindar dari kamu. Tapi aku nggak bisa Gas boongin perasaanku lagi.”
“Aku nggak bisa boong jika aku nggak bisa jauh dari kamu.”mata Mieta hampir meneteskan air mata, tapi Mieta berusaha menahan itu.
“Mit, aku nggak pernah menghindar kok dari kamu. Dan kamu nggak punya salah kok sama aku. Aku lagi ada masalah aja.”jawab Bagas sembari melemparkan sebuah senyuman yang amat manis kepada Mieta.
Mieta menggapai tangan Bagas, dan menggenggamnya erat seakan tak pernah mau untuk melepaskan genggaman tangannya itu. Keduanya saling berpandangan, dan Bagas pun masih tak hentinya tersenyum pada Mieta.
“Tapi janji ya Gas, jangan menghindar dari aku lagi!!!”ucap Mieta sembari menjulurkan kelingkingnya.
“J-A-N-J-I…”Bagas menggapai tangan Mieta sembari tersenyum sangat manis pada Mieta.
Seketika tangan Bagas memeluk tubuh Mieta yang tak henti menatapnya. Mieta pun merasa jika ini hanya mimpinya saja. tetapi jika ini hanya mimpinya, Mieta berharap jika ia tak akan pernah bangun dari tidurnya.
Kebahagiaan yang dirasakan Mieta setelah kejadian itu tak bertahan lama. Karena setelah itu Bagas berubah, ia mengingkari janjinya pada Mieta untuk tidak menjauhinya lagi.
Dan hari itulah awal kebencian Bagas pada Mieta. Kini Mieta seperti tak mengenal Bagas lagi.
Mieta berusaha bertanya pada Bagas mengapa dia mengingkari janjinya lagi, tapi Bagas tak pernah menghiraukan omongan Mieta lagi.
Kini Mieta hanya bisa menangis jika melihat sosok Bagas melintas dihadapannya.
Dalam hati Mieta ia berteriak. Mengapa Bagas selalu membuatnya menangis. Apa salahnya…Mieta sering bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia salah jika dia mencintai Bagas???apa ia salah jika ia tulus menyayangi Bagas???
Mieta termenung di lantai atas sekolahnya sembari menatap langit sore yang begitu indah. Air matanya tak dapat terbendung lagi, pipi Mieta penuh dengan air mata.
“Mit…kamu kenapa???”Devan, cowok yang selalu memberi Mieta perhatian dan kasih sayang berdiri tepat disebelah mieta sembari memberikan sapu tangannya pada Mieta.
“Nangisin Bagas lagi???”ucap Devan penuh perhatian
Mieta tak sanggup menjawab pertanyaan Devan. Mieta merasa berdosa karena Mieta selalu membohongi Devan jika selama ini dia menangis bukan karena Bagas.
“Mieta…untuk apa sih kamu terus nangisin Bagas??udah Mit, masih ada aku yang akan selalu sayang sama kamu”
“Jangan nangis lagi ya…nanti sekolah ini hancur lagi, karena kamu nangis.”perlahan Mieta dapat menghapus air matanya dan tersenyum kembali. Suatu kebahagiaan bagi Devan adalah dengan melihat Mieta tersenyum. Devan sangat bahagia jika ia dapat membuat Mieta bahagia meskipun ia tak dapat memiliki Mieta.
“Nah…gitu dong, senyum.”Devan membelai lembut rambut Mieta.
“Thank’s ya Van…”Devan memeluk tubuh Mieta. Rasanya Devan ingin selalu memeluk tubuh Mieta, menjaganya agar Bagas tak pernah lagi menyakiti hati Mieta.
Keesokan harinya….
Devan menarik Bagas kebelakang sekolah. Kepalan tangan Devan meluncur tepat pada pipi Bagas.
“Eh mau kamu tuh apa sih???bisanya nyakitin cewek aja.”Emosi Devan tak tertahan lagi mengingat apa yang telah Bagas lakukan pada Mieta.
Bagas hanya menanggapi pukulan Devan dengan senyuman sembari berkata, “Maksud kamu siapa??Mieta???”ucap bagas sambil mengelus pipinya yang memar akibat tonjokan Devan.
“Gini ya Van…aku nggak pernah cinta sama Mieta dan aku cuma cinta sama Vini.”
“Mietanya aja yang ngejar-ngejar aku. Jadi bilang sama Mieta, jangan kepedean jadi orang.”ucapan Bagas membuat Devan sangat marah padanya.
Saat Devan akan mengarahkan tonjokannya pada pipi Bagas, Mieta muncul di belakang Devan. “Devan…”
“Kamu apa-apaan sih???siapa yang suruh kamu mukulin Bagas??emangnya kamu jagoan apa??”bela Mieta pada Bagas, tetapi Bagas membalas pembelaan dari Mieta dengan amat ketus.
“Udahlah Mit, aku nggak butuh pembelaan dari kamu. Perasaan aku juga nggak akan berubah sama kamu meskipun kamu belain aku dan ngelakuin apapun untuk aku. Karena aku hanya cinta sama Vini, bukan kamu.”Mieta tak percaya mendengar omongan Bagas, ia berlari menahan tangisnya. Devan meninggalkan Bagas dan berlari mengejar Mieta. Sedangkan Bagas tak merasa bersalah sedikitpun dengan ucapannya tadi.
“Mit…udah ya jangan dipikirin omongan Bagas tadi.”Devan berusaha menghibur sahabatnya itu, Mieta hanya diam dan terus menangis, hatinya masih sakit akibat omongan Bagas tadi. Devan mengerti betul bagaimana perasaan Mieta.
Perlahan Mieta dapat melupakan Bagas. Dia berharap dengan cara itu Bagas bisa bahagia. Mieta memang mengenal Vini, kekasih Bagas. Awalnya dia sangat membenci Vini, tapi pada akhirnya dia bisa menghilangkan kebencian yang ada dalam hatinya.
“Vin, aku mau ngomong sama kamu.”Mieta menegur seorang cewek yang sedang berjalan melewati koridor sekolah. Cewek itu beralih pada Mieta.
“aku minta kamu jangan pernah sakitin Bagas sedikitpun. Jaga dia baik-baik!!”Mieta ingin meneteskan air matanya, tetapi ia sadar jika ia harus kuat, ia tak boleh menangis lagi. Mieta pergi meninggalkan Vini yang masih bengong mendengar omongan Mieta.
“kamu nggak perlu khawatir, Bagas udah cukup bahagia sama aku daripada dia sama kamu. aku sanggup merubah dan ngejagain Bagas.”Mieta hanya menengokkan kepalanya sambil berkata, ”aku jaga omongan kamu…”
Mieta berlalu di sudut sekolah.
Bel istirahat berbunyi…
Mieta berjalan menuju kantin sekolah
“Mit…”terlihat Bagas berjalan mendekati Mieta.
Mieta berhenti sejenak dan berbalik kearah Bagas. “Apa???”Mieta tampak malas menjawab panggilan Bagas.
“Mit, ngapain sih loe nyamperin Vini??loe ngomong apa aja sama Vini?loe nggak terima kalau Vini adalah cewek yang gue cinta??”
“PLAKKK…”Mieta menampar keras pipi Bagas.”Denger ya Gas, itu semua bukan urusan kamu.”Mieta menjauh meninggalkan Bagas. Mieta nggak mau Bagas tahu apa yang ia omongin pada Vini, karena Mieta ngerasa jika Bagas mengetahui itu semua ia semakin benci padanya.
Perlahan Mieta dapat tersenyum seperti dulu, ia berusaha untuk melepas Bagas pergi dari hidupnya karena ia hanya ingin melihat Bagas bahagia, ia tak ingin memaksakan kehendaknya untuk dapat memiliki Bagas, karena ia tahu Bagas tak akan bahagia dengannya.
_1 bulan berlalu_
Semenjak itu Mieta berusaha dengan keras untuk menghindar dan tak mempedulikan semua yang berhubungan dengan Bagas lagi.
Tetapi tanpa ia sadar atau tidak ia menganggap dirinya adalah seseorang yang munafik. Mieta mengatakan pada dirinya bahwa ia akan segera melupakan Bagas, tetapi kenyataan yang terjadi sangat jauh berbeda, ia selalu memperhatikan Bagas dari kejauhan. Bagas tak sepenuhnya pergi dari hati dan fikiran Mieta. Tetapi bagi Mieta adalah kebahagiaan terbesar jika ia melihat wajah Bagas, apalagi jika ia tersenyum, walaupun Bagas tersenuym bukanlah untuknya dan ia hanya dapat melihat senyum Bagas itu dari kejauhan. Kini Mieta cukup senang walaupun hanya dapat menjadi pengagum rahasia Bagas. Dan Mieta tak ingin kehilangan itu juga.
Suatu hari Iva, salah satu teman dekat Bagas memberitahu kepada Mieta jika ia mendengar bahwa Kepala Sekolah akan mengeluarkan Bagas dari sekolah karena ada salah satu siswa yang memberi tahu pada Kepala Sekolah tentang semua kenakalan yang dilakukan Bagas selama ini. Mieta sangat terkejut mendengar itu semua. Meskipun Mieta sangat ingin melupakan Bagas, tapi jujur Mieta sama sekali tak ingin jika Bagas harus Drop Out dari sekolah. Mieta ingin selalu melihat wajah Bagas di sekolah.
Tanpa sepengetahuan Bagas, Mieta menemui kepala sekolah untuk membujuk kepala sekolah agar tidak mengeluarkan Bagas dari sekolah, Mieta sama sekali tak memikirkan akibat dari permintaannya itu pada kepala sekolah, yang ia pikirkan hanyalah Bagas akan tetap menjadi siswa SMU BINTANG. Mieta berani menjamin kepada kepala sekolah jika Bagas tak akan melakukan semua kesalahan yang pernah dilakukannya, dan jika Bagas masih tetap melakukan kesalahan itu, Mieta rela menerima apapun sanksi yang diberikan sekolah padanya. Dengan jaminan itulah kepala sekolah akan mempertimbangkan lagi keputusan itu, tetapi Mieta meminta kepala sekolah untuk tidak memberi tahu Bagas bahwa dialah yang telah memohon pada kepala sekolah agar sekolah tak akan mengeluarkan Bagas. Mieta tak ingin Bagas menganggapnya sebagai pahlawan kesiangan untuk Bagas.
Berbulan-bulan berlalu…
Ketulusan cinta Mieta pada Bagas seperti tak hentinya mendapat ujian…
Kabar buruk dating pada Mieta. Ia mendengar bagas mengalami kecelakaan…
Mieta segera berlari menuju rumah sakit. Kondisi Bagas kritis, Bagas mengalami pendarahan hebat di kepalanya. Tetapi Dokter berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan Bagas.
Setelah berjam-jam menunggu di depan ruang operasi, akhirnya tim dokter memimdahkan Bagas ke kamar inap. Tetapi bagas masih belum sadar, dan dokter mengatakan bahwa Bagas tak dapat lagi menggunakan penglihatannya, kornea bagas rusak terkena pacahan kaca saat Bagas mengalami kecelakaan. Keadaan Bagas pun kian hari kian memburuk…nafasnya pun masih perlu di Bantu oleh alat kedokteran…
Mieta merasa sesak tiap ia melihat bagas. Orang tua Bagas sangat melihat kasih sayang Mieta terhadap putra sulungnya itu. Berhari-hari Mieta tak pernah beranjak dari samping Bagas. Hingga suatu hari Bagas membuka matanya yang telah berminggu-minggu tertutup. Bagas merasakan genggaman tangan seseorang yang menguatkannya saat ia melewati masa-masa kritisnya.
“Vini…”
Itulah nama yang terucap pertama dimulut Bagas. Cewek yang tak pernah menampakkan batang hidungnya sekalipun setelah kecelakaan itu.
Mieta terkejut mendengar ucapan Bagas. Air matanya menetes, tetapi Mieta tak mengatakan bahwa ia bukan Vini tetapi ia Mieta.
“Vin…mata aku kenapa???”
“kenapa semuanya gelap??” Bagas berteriak histeris ketika ia tahu jika kini ia kehilangan penglihatannya.
“Sabar Gas!!!!aku janji aku bakal kembali’in penglihatan kamu.” Ucap Mieta sembari memeluk Bagas. Air matanya membanjiri pipinya.
Satu minggu sudah Mieta menghilang dari Bagas, ia tak lagi setia menemani Bagas di rumah sakit. Mieta tak kuat melihat keadaan Bagas sekarang.
Setelah Bagas keluar dari rumah sakit, setiap sore Mieta selalu melihat Bagas yang selalu berada di taman yang di temani oleh ibunya. Tetapi Mieta hanya dapat melihat Bagas dari kejauhan.
Suatu hari Vini yang mendengar Bagas telah keluar dari rumah sakit berniat menjenguk Bagas di rumahnya. Tetapi Vini belum mengetahui jika kini Bagas buta.
Setelah Vini tahu jika kini Bagas buta, ia meninggalkan Bagas begitu saja.
Bagas semakin terpuruk dengan hidupnya kini, dan Mieta sama sekali tak tega melihat Bagas seperti ini.
Mieta menemui Vini yang sedang bercanda dengan teman-temannya di kelasnya.
‘PLAKKK’
“Dasar cewek brengsek…kenapa kamu gini sama Bagas??”
“dulu kamu bilang kalau kamu bakal jagain Bagas.tapi mana???saat keadaan Bagas seperti ini kamu malah ninggalin Bagas.”amarah Mieta tak terbendung lagi..
Mieta meninggalkan Vini yang masih terdiam sembari mengelus-elus pipinya.
Mieta berjalan melewati koridor sekolah, tiba-tiba kepalanya terasa berat dan matanya tak dapat lagi terbuka,. Devan yang sedang berjalan menuju kantin melihat Mieta yang terjatuh pingsan, ia segera menggendong Mieta ke UKS tetapi kepala UKS menyarankan untuk membawa Mieta ke rumah saikt karena 2jam Mieta tak sadarkan diri juga. Akhirnya Mieta dirujuk kerumah sakit.
Satu minggu sudah Mieta berada di rumah sakit, ia belum juga sadarkan diri dan Devan tak pernah beranjak dari samping Mieta.
Dokter Arif yang merupakan dokter keluarga Mieta memberi tahukan kepada Devan dan orang tua Mieta tentang kanker yang bersarang didalam darah Mieta. Ternyata Mieta telah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya itu dan Mieta pun telah mengetahui bahwa umurnya mungkin tak akan lama lagi, tetapi Mieta tak pernah menceritakan tentang penyakitnya itu kepada keluarganya karena ia tak mau menjadi beban keluarga, selama ini Bagas lah yang menjadi tumpuannya untuk bertahan hidup.
Beberapa minggu yang lalu Mieta menemui dokter Arif yang selama ini menanganinya, ia berpesan kepada dokter Arif jika suatu hari nanti kondisinya makin memburuk, ia ingin matanya di berikan kepada Bagas. Mieta telah menandatangani formulir pendaftaran pendonoran mata yang akan di donorkan kepada Bagas, tetapi Mieta tak ingin Bagas tahu tentang pendonoran mata ini. Dan kini kondisi Mieta sudah semakin memburuk. Keluarga semakin terpuruk melihat keadaan Mieta kini.
Suatu hari Mieta mulai membuka matanya, Mieta ingin bertemu dengan dokter Arif dan Mieta meminta dokter Arif untuk segera melakukan operasi itu. Mieta berkata bahwa ia takkan kenapa-kenapa.
Akhirnya pihak rumah sakit menghubungin keluarga Bagas dan memberi tahukan bahwa telah ada seseorang yang akan mendonorkan matanya untuk Bagas dan Bagas dapat segera melakukan operasi tersebut. Kabar ini telah sampai ditelinga Bagas, ia sangat senang mendengarnya karena ini artinya ia dapat melihat lagi.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Bagas puin tiba, semua pihak telah menyetujui operasi ini dan operasi pun siap dilakukan.
Setelah menunggu cukup lama, tim dokter yang menangani operasi ini membawa Bagas ke kamar perawatan untuk melihat hasil operasi. Setelah dokter membuka perban yang menutupi matanya, perlahan Bagas mulai membuka matanya. Kebahagiaan terpancar pada wajah Bagas karena kini ia dapat melihat lagi.
Di lain tempat Mieta masih terbaring lemah ditempat tidurnya, kondisinya kini memburuk lagi.
Setelah beberapa hari kritis Mieta membuka matanya, ia kini tak dapat lagi melihat orang-orang yang ia sayangi. Ia memanggil orang yang ada di situ.
“pa…ma…Devan…” Devan yang tengah tertidur di samping Mieta tersentak mendengar suara Mieta.
“iya Mit…ini aku Devan” mata Devan berkaca melihat kondisi orang yang disayanginya.
“Devan, kamu nangis?????masak cowok nangis.jelek achh…” suara Mieta menguatkan hati Devan.
“Van, makasih ya selama ini kamu selalu jagain aku. Kalau aku nggak ada nanti kamu harus tetap jadi Devan yang seperti dulu ya sahabat aku yang kuat…dan tolong berikan surat yang ada di laci meja kamar aku ke Bagas, jangan bilnag sama dia kalau aku yang mendonorkan mata itu buat dia!!!” Devan semakin tak kuat melihat Mieta seperti ini. Apalagi mengingat perlakuan Bagas terhadap Mieta.
“iya Mit aku janji!!!”
Mieta kembali menutup matanya untuk selamanya.
“Mietaaaa…” Devan mendekap erat tubuh mieta.
tepat pukul 21.09 Mieta menghembuskan nafas terakhirnya sebelum Bagas mengetahui seberapa besar kasih sayang yang telah diberikan oleh Mieta untuknya.
Suasana pemakaman Mieta di selimuti oleh kabut yang tebal dan isak tangis orang-orang yang menyayanginya.
Devan, orang yang menjadi orang terdekat mieta sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar merasa sangat kehilangan orang yang sangat ia sayangi itu.
Seminggu sudah Mieta pergi…
Bagas telah mulai menjalani hidupnya kembali setelah ia menjalani operasi mata itu. Dan sampai sekarang pun Bagas tak pernah tahu mata siapa yang ia pakai sekarang, beberapa kali Bagas menanyakan hal itu pada dokter Arif, tapi janji dokter Arif kepada Mieta membuat dokter Arif tak dapat memberitahu Bagas siapa yang telah memberikan matanya kepada Bagas. Berkali-kali Vini mencoba kembali kepada Bagas tetapi hati Bagas tak pernah bisa lagi untuk menerima Vini dihidupnya.
Devan menghampiri Bagas yang berada di depan kelasnya.
“Bagas…” Bagas menghampiri Devan dengan wajah khasnya.
“hai…mana ceweknya???kok nggak pernah nongol lagi???udah nyerah ngejar-ngejar aku????”
“aku udah putus loh sama Vini, bilangin sama dia!!!siapa tahu dia masih minat buat jadi pacar aku. Ya kalau dia udah nggak punya malu sich.” Tanpa pikir panjang Devan mengarahkan kepalan tangannya yang sejak tadi ingin ia berikan kepada Bagas.
“jaga omongan kamu gas!!!kamu nggak tahu apa yang udah Mieta lakuin sama kamu, cowok brengsek. Harusnya kamu nggak pantes dapat mata itu dari Mieta.” Devan tak dapat lagi menahan amarahnya, ia melontarkan kata-kata yang membuat Bagas tercengang.Devan mengingkari janjinya kepada Mieta.
“apa????????mata ini mata Mieta?????”
Devan tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, ia pergi meeninggalkan Bagas yang masih di selimuti tanda tanya atas omongan Devan tadi.
Sepanjang pelajaran Bagas masih memikirkan omongon Devan kepadanya tadi. Pertanyaan yang ini kini ada di otaknya hanya satu ‘apa yang sudah di lakukan Mieta buat dia????????’
Sepulang sekolah Bagas mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
Dia menuju rumah sakit tempatnya mendapatkan mata itu. Bagas menemui seorang dokter yang ia yakin pasti tahu semuanya. Ya, dokter Arif, dokter kepercayaan Mieta. Bagas berusaha keras membujuk dokter Arif agar memberi tahu siapa yang telah mendonorkan mata untuknya. Awalnya dokter Arif tak mau buka mulut sedikit pun karena ini amanah tapi akhirnya dokter Arif menceritakan semuanya kepada Bagas karena ia yakin Mieta pun tak akan marah jika ia memberi tahukan semua ini, toch semua ini untuk kebaikan. Dokter Arif menunjukkan sebuah surat pernyataan yang di tanda tangani oleh Mieta satu bulan sebelum Mieta meninggal bahwa ia akan mendonorkan matanya untuk seseorang bernama Acmad Bagaskara. Tetapi dokter Arif tak bicara apapun tentang penyakit Mieta hingga kematian Mieta.
Tanpa ia sadar Bagas meneteskan air matanya. Ia segera pergi menemui Devan.
Sesampinya di rumah Devan Bagas segera menanyakan semua itu kepada Devan.
Akhirnya semuanya terungkap, Devan menceritakan semuanya kepada Bagas, yang menbuat kepala sekolah masih mempertahankan dia, yang menjaganya saat ia kritis di rumah sakit karena kecelakaan itu, dan siapa yang telah mendonorkan matanya, Mieta…
Bagas semakin menyesal mendengar itu semua.
“dimana Mieta Dev???kasih tahu aku!!!” Bagas tak dapat lagi menahan air matanya.
Devan mengajaknya ke sebuah pemakaman, Bagas bingung kenapa Devan malah mengajaknya ke kuburan. Devan berhenti tepat di depan nisan yang bertulinkan nama Mieta.
“Mieta udah nggak ada Gas…dia udah pergi. Dia udah tenang di sana.” Air mata Bagas meluap.kali ini lebid deras daripada saat dia tahu bahwa mata yang kini ia gunakan adalah mata Mieta.
“kenapa Dev???kenapa seperti ini???” Bagas menangis sembari memeluk nisan Mieta.
“Mieta menderita kanker darah, mungkin inilah yang terbaik buat Mieta daripada ia harus terus menderita di dunia ini.” Devan berusaha menahan air matanya, ia memberikan secarik surat kepada Bagas dan berlalu meninggalkan Bagas yang masih memeluk erat nisan Mieta. Penyesalan Bagas kini sia-sia, ternyata kasih sayang yang di berikan Mieta begitu besar kepadanya. Tetapi semuanya telah terlambat Mieta telah pergi dan ia tak akan kembali.
Bagas…
Maaf aku udah hadir di hidup kamu Maaf udah rusak hidup kamu dengan kehadiran aku Maaf udah bikin kamu benci sama aku Maaf udah bikin kamu masuk dihidupku Makasih udah beri aku warna baru dihidup aku Makasih udah kuatin aku untuk melawan penyakit aku Makasih untuk senyum terindah yang pernah kamu kasih buat aku.
Kamu harus janji kalau kamu nggak akan sia-sia’in mata yang udah aku berikan sama kamu. Kamu pasti bisa menjadi Bagas yang lebih baik lagi. Aku sayang kamu Bagas. _Mieta_ |